2030

Kekasih,
Lihatlah, ia telah bertolak
Kedua netraku menyaksikan punggungnya lenyap diterkam harap baru.
Ia meringis, jiwanya lusuh terbasuh unsur bersatu.
Seperti benang lusut kisut di pembuangan rumah bordir.

Kekasihku bermata buah delima,
Lihatlah, ia berkali kali memuai mencecap nikmat menawan, dan berjuta kali tumpas ditangan pahlawan.
Ia tak berdaya, meski sekadar mengintip melalui tingkap-tingkap.
Ia telah tamat.

Kekasihku semanis madu,
Bangunlah dari lelap panjangmu.
Hari-hari penuh ratap telah terjengkang,
Perhatikan rumah-rumah ibadah,
Pandanglah sekolah-sekolah, 
Lihatlah para pemburu nafkah,
Mereka gaduh memenuhi ruang bertemu.

Kekasih...
Pengkhotbah mendekap mimbar,
Pelajar merangkum hasil seminar,
Para buruh jalanan memenuhi trotoar, 
Pendemo mulai berkoar-koar.
Dunia kembali dipenuhi hingar-bingar.

..............

"Lelapku biarlah tak kenal lelah,
Ajalku kiranya segera menjajal.
Hajat hidup bergairah telah lucut. 
Di setiap hati timbul segala pikiran jahat; 
pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.
Kebijakan melampaui akal sehat.

Ya, pandemi mengurangi populasi,
Tapi tidak korupsi".

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Boleh Minta Waktunya Sebentar?

Sini, duduk bersamaku Tuan.

Religiusitas Natal Di Tanah Surga